hero-header

RSUD dr. M. Haulussy Ambon

Diet Karnivora: Apakah Diet Ini Aman Bagi Tubuh Kita?

Diet yang sehat pada umumnya melibatkan beragam sumber makanan, termasuk buah dan sayuran, yang diatur sesuai kebutuhan tubuh. Namun, ada satu jenis diet yang menarik perhatian, yaitu Diet Karnivora. Diet ini justru 'melarang' konsumsi kedua sumber serat tersebut, dengan hanya mengandalkan makanan hewani. Lalu, bagaimana panduan Diet Karnivora ini? Simak penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Diet Karnivora?

Diet Karnivora adalah pola makan yang ketat, yang hanya mengonsumsi makanan sumber protein hewani, seperti daging, ikan, telur, dan produk susu tertentu. Diet ini tidak melibatkan makanan lain, termasuk buah, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Diet yang fokus pada konsumsi daging ini diklaim dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan suasana hati, serta mengontrol kadar gula darah. Namun, alasan utama peningkatan konsumsi daging ini bukan hanya untuk menurunkan berat badan, tetapi lebih kepada pengurangan asupan karbohidrat. Para pengikut diet ini meyakini bahwa diet tinggi karbohidrat berkontribusi pada penyakit kronis. Mereka percaya bahwa asupan karbohidrat yang tidak dibarengi dengan olahraga bisa menghasilkan lemak, yang pada gilirannya akan menambah berat badan dengan cepat.

Komposisi Nutrisi dalam Diet Karnivora

Berikut adalah komposisi harian yang dianjurkan dalam Diet Karnivora untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi secara optimal, berdasarkan praktik umum dari pelaku diet ini:
 

Makronutrien

Persentase Energi Total (Kalori)

 

Contoh Makanan

Lemak

65–80%

Lemak daging, mentega sapi, lemak iga, otak, telur

 

Protein

20–35%

Daging sapi, ayam, ikan, telur, hati

 

Karbohidrat

0–1% 

(praktis 0 gram)

 

Tidak dikonsumsi

 

Komposisi Makanan yang Dianjurkan per Hari:

1. Daging Merah (sapi, kambing, domba):
  - 500–800 gram per hari (tergantung kebutuhan kalori dan berat badan)
  - Sumber utama lemak dan protein

2. Telur:
  - 2–6 butir per hari
  - Kaya vitamin A, D, kolin, dan lemak sehat

3. Ikan & Seafood:
  - 2–3 kali seminggu
  - Sumber omega-3, yodium, selenium

4. Jeroan (hati, ginjal, otak):
  - 1–2 kali seminggu (tidak setiap hari)
  - Sumber vitamin A, B12, zat besi, dan seng

5. Kaldu Tulang (bone broth):
  - 1 gelas per hari
  - Mengandung kolagen, glisin, mineral penting

6. Produk Susu (opsional):
  - Keju keras, mentega (jika tidak intoleran laktosa)
  - Lemak tambahan dan kalsium

7. Cairan:
  - Air putih (bebas kalori, utama)
  - Kaldu tulang (mengandung elektrolit)
  - Kopi atau teh hitam tanpa gula (opsional, bisa dihindari)

Tips Penting:

1. Kunci diet karnivora sukses: Konsumsi lemak yang cukup agar tidak kekurangan energi dan merasa lemas.
2. Hindari hanya makan daging tanpa lemak → dapat menyebabkan "rabbit starvation" (kelebihan protein, kekurangan lemak).
3. Dengarkan tubuh: Sesuaikan jumlah makan dengan rasa lapar, bukan berdasarkan jam makan biasa.

Risiko dan Tantangan Diet Karnivora

Berikut adalah beberapa risiko dan tantangan yang mungkin timbul dari diet karnivora, baik dari segi kesehatan maupun praktik sehari-hari.

Risiko Kesehatan Diet Karnivora:

1. Kekurangan Serat: Tidak mengonsumsi buah, sayur, dan biji-bijian berisiko menyebabkan sembelit dan gangguan pencernaan jangka panjang. Serat juga penting untuk kesehatan mikrobiota usus.

2. Kekurangan Mikronutrien: Potensi kekurangan vitamin C, vitamin K1, magnesium, folat, dan antioksidan alami, yang biasanya ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan. Konsumsi hati dan jeroan bisa sedikit mengurangi risiko ini, namun tetap tidak sekompleks asupan dari tanaman.

3. Peningkatan Kolesterol atau Asam Urat: Diet tinggi lemak jenuh dan purin dapat memicu peningkatan kolesterol LDL dan asam urat, yang meningkatkan risiko gout pada beberapa orang.

4. Risiko Batu Ginjal: Asupan protein yang tinggi dapat meningkatkan kadar kalsium dalam urin, yang berisiko memicu pembentukan batu ginjal.

5. Tidak Cocok untuk Penyakit Tertentu: Orang dengan penyakit ginjal kronis, gangguan metabolisme lemak, atau masalah kardiovaskular harus berhati-hati.

Tantangan Praktis Diet Karnivora:

1. Biaya Tinggi: Daging berkualitas tinggi (grass-fed, organik) dan jeroan bisa menjadi mahal, terutama jika dikonsumsi setiap hari.

2. Monoton dan Membosankan: Tidak banyak variasi makanan dalam diet ini, yang bisa menurunkan kepuasan makan dan meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan lain.

3. Sulit Mendapat Dukungan Medis: Sebagian besar ahli gizi atau dokter tidak merekomendasikan diet ini karena bertentangan dengan pedoman gizi umum.

4. Sulit Saat Bersosialisasi: Makan di luar rumah bisa menjadi tantangan karena sebagian besar makanan mengandung bumbu, karbohidrat, atau sayuran.

5. Adaptasi Awal (Keto Flu): Gejala seperti lemas, pusing, mual, bau mulut, dan sakit kepala bisa muncul dalam 1–2 minggu pertama, saat tubuh beradaptasi ke pembakaran lemak (ketosis).

Tips Mengurangi Risiko:

1. Konsumsi jeroan untuk mencegah kekurangan mikronutrien.
2. Pastikan asupan lemak cukup agar energi tidak hanya berasal dari protein.
3. Pantau kesehatan secara berkala (tes darah, fungsi ginjal, profil lipid).
4. Coba diet ini sebagai fase jangka pendek (<3 bulan) untuk uji coba.

Tujuan dan Harapan dari Diet Karnivora

1. Mengurangi Peradangan Kronis: Banyak orang melaporkan berkurangnya nyeri sendi dan gejala autoimun (seperti lupus, rheumatoid arthritis), karena makanan nabati tertentu dianggap bisa memicu peradangan pada sebagian orang.

2. Menurunkan Berat Badan: Dengan asupan karbohidrat yang sangat rendah, tubuh memasuki fase ketosis, yang membakar lemak sebagai sumber energi. Asupan tinggi protein dan lemak juga meningkatkan rasa kenyang, yang mengurangi ngemil atau makan berlebihan.

3. Stabilisasi Gula Darah: Tanpa gula dan karbohidrat, gula darah dan insulin cenderung stabil, menjadikannya cocok untuk penderita prediabetes atau resistensi insulin.

4. Meningkatkan Energi dan Fokus Mental: Beberapa orang melaporkan energi yang lebih stabil dan peningkatan konsentrasi karena tidak ada lonjakan dan penurunan gula darah.

5. Memperbaiki Masalah Pencernaan: Beberapa orang dengan IBS atau intoleransi makanan melaporkan perbaikan gejala setelah mengadopsi diet ini.

6. Mendetoks dari Makanan Olahan: Diet karnivora secara otomatis menghindari makanan olahan, pengawet, pemanis buatan, dan bahan kimia tambahan.

7. Eksperimen Eliminasi: Diet ini sering digunakan sebagai bentuk "diet eliminasi ekstrem" untuk mengetahui apakah tubuh sensitif terhadap makanan nabati tertentu, sebelum kemudian menambahkan makanan tersebut kembali satu per satu.

"Dalam dunia yang penuh dengan pilihan makanan, Diet Karnivora menawarkan kesempatan untuk bereksperimen dan menemukan kekuatan tubuh dengan kembali ke akar dasar konsumsi manusia."

Penutup

Diet Karnivora bertujuan untuk memulihkan kesehatan, menurunkan gejala penyakit kronis, serta mengoptimalkan energi dan metabolisme tubuh. Dengan pola makan yang sangat sederhana, diet ini bebas dari gangguan karbohidrat dan zat antinutrisi yang ditemukan dalam tanaman.

All rights Reserved © RSUD dr. M. Haulussy Ambon, 2024

Made with   by  RSUD dr. M. Haulussy Ambon